Jumat, 20 Agustus 2010

Imam tua otoriter dijauhi orang muda

Sikap otoriter sejumlah rohaniwan generasi tua di India cenderung mengasingkan kaum muda Katolik India, demikian orang muda Katolik.
“Jika seorang imam tidak fleksibel, tidak ada ‘domba’ mau mendekati dia dengan penuh keyakinan,” kata Savio Daniyal, salah satu dari 89 kontestan lomba esai yang diselenggarakan Keuskupan Agung Bhopal Bhopal.
Lomba ini merupakan bagian dari acara pelatihan kejuruan dalam perkemahan liburan musim panas bagi kaum muda Katolik. Pelatihan itu telah berakhir 7 Juni.
“Sebagai orang muda, imam ideal bagi saya adalah orang yang berpikir seperti kaum muda dan masih muda, dinamis dan fleksibel,” tulis Daniyal.
Lulusan teknik itu mengatakan “generation gap” antara imam dan orang muda itu membuat orang muda menjauhi Gereja.
Gereja akan berkembang jika kepemimpinannya, terutama para imam, bisa memanfaatkan energi orang muda. Orang muda itu “penuh dengan dinamika,” kata Daniyal.
Beberapa kontestan lain juga mengungkapkan keprihatian sama dalam essei mereka seperti yang diutarakan Daniyal itu.
Para imam hendaknya menumbuhkan kebiasaan “mendengarkan orang lain secara serius dan tidak hanya mengeluarkan perintah,” kata Ancy Jasmine Ekka.
Deep Saroj, seorang mahasiswi, mengatakan, ”Imam itu harus cukup rendah hati untuk memahami dan menerima berbagai manusia dengan karakter yang berbeda-beda.”
Namun, dalam esseinya, dia juga mengakui bahwa orang muda tidak bisa menjadi orang Katolik yang baik tanpa dukungan dari imam-imam mereka. Umat Katolik itu tahu tentang dasar-dasar agama mereka itu dari para imam, katanya.
Pastor Saiju Kolarikkal, penyelenggara perkemahan itu, mengatakan esai-esai ini menjadi “pembuka mata yang nyata” baginya karena esai-esai itu mengungkapkan “betapa orang-orang muda menaruh pengharapan besar pada kami.”
Imam dari Keuskupan Agung Bhopal itu juga sependapat dengan para peserta bahwa para imam hendaknya melayani umat tanpa diskriminasi.
Sumber: www.kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar